
SAJAK.ID – Keterbatasan akses transportasi darat akibat belum terealisasinya pembangunan jembatan di Kecamatan Sebulu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), menjadi kendala serius bagi para petani dan nelayan setempat dalam mengembangkan usaha mereka.
Ketergantungan pada transportasi air dinilai menghambat distribusi hasil pertanian dan perikanan ke pasar yang lebih luas, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya harga jual produk mereka dibandingkan dengan daerah lain yang memiliki infrastruktur jalan yang memadai.
Kondisi ini memicu kekhawatiran masyarakat akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Sebulu.
Kasi Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kecamatan Sebulu, Nurul Yakin, mengungkapkan bahwa kesulitan akses transportasi menjadi keluhan utama para petani dan nelayan.
“Para petani seringkali kesulitan membawa hasil panen mereka ke pasar yang lebih besar di luar Sebulu karena biaya dan waktu tempuh transportasi air yang tidak efisien. Akibatnya, mereka terpaksa menjual hasil panen kepada tengkulak dengan harga yang relatif rendah,” jelasnya.
Situasi serupa juga dialami oleh para nelayan yang kesulitan mendistribusikan hasil tangkapan mereka ke pusat-pusat penjualan ikan yang lebih menguntungkan. Kondisi ini menciptakan ketidakadilan ekonomi bagi para pelaku sektor primer di Sebulu.
Lebih lanjut, keterbatasan akses transportasi juga berdampak pada potensi investasi dan perkembangan UKM di Kecamatan Sebulu. Calon investor cenderung enggan menanamkan modal jika aksesibilitas wilayah tersebut terbatas, yang pada akhirnya menghambat terciptanya lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi lokal.
Para pelaku UKM juga kesulitan untuk mengembangkan usaha mereka di luar Sebulu karena kendala distribusi produk.
“Kami sangat berharap pembangunan jembatan ini segera direalisasikan, karena kami yakin ini akan menjadi solusi konkret untuk mengatasi masalah keterisolasian transportasi dan membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat Sebulu,” pungkas Nurul. (Adv)